Enter Header Image Headline Here

Kamis, 09 Februari 2017

R i n d u~



Aku menunggu
Di kursi tua duduk termangu
Dipukul rindu bertalu
Siur angin menambah syahdu, duh rindu
Bisakah kulipat waktu, biar rindu tak lagi malu, atau bagaimana menurutmu(?)
Seharian hujan turun, seharian aku ingin pulang ke hatimu tapi rindu bukan sekedar mengenai pulang
Rinduku ingin selalu melupakan jarak dan waktu
Melupakan malu
Jika hatiku adalah rindumu, pulanglah
Barang hanya menyapa balutan kenang
Kau tahu ia tak akan hilang
Rinduku utuh bahkan jika jarak berbaik hati menyatukan
Bolehkah aku pulang tanpa mengetuk pintu? Masuk dengan bebas tanpa menyelinap perlahan melalui kisi-kisi jendela usang
Bila mungkin rindu tak membiarkan masuk ke rumah
Biarkan sejenak kusapa kenang
Sejenak memandang, sejenak melepas penat yang kusandang
Penat pada rindu yang tak jua cepat pulang
Ke hatimu ke hatiku yang tak lagi lapang
Tak perlu mengetuk pun menyelinap, derap-derap langkah dapat kurasakah bahkan saat kau masih di ujung pandang
Selalu ada ruang untukmu pulang
Ruangmu selalu terjaga, ada yang menuggu dengan sabar, hanya untuk sebatas kabar yang kadang tak berbalas
Lalu apakah saat kau pulang semua telah selesai?
Tentang rindu, tentang jarak dan waktu. Apakah akan habis, Nona(?)
Bagiku rindu teramat ketika kita kembali
Melupakan sua, bersibuk diri
Melahap penat di bawah matahari, selalu seperti itu.
Sajak-sajak rindu tak lekas mengobati 
Apalagi jika kau tak membaca 
Serupa tangan bertepuk sebelah 
Juga nihil balasan rindumu 
Maka kulangitkan mantra yang dibawa angin malam 
Dalam temaram jelas terdengar namamu tersebut; oleh suara hati yang teramat rindu
Bila mungkin pulangku tak selesaikan kelindan rindu
Bolehkah kupinjam sebentar penamu, kan kutuliskan rindu-rindu lain 
Yang tak sempat kau dengar dalam derap langkahku atau kau tatap dari bola mataku
Melangitkan mantra seringkali berharap segera terlaksana misal pada sebuah jumpa. Sayangnya seringkali pula itu sekilas fatamorgana 
Pulang ke hatimu, adalah caraku mengingat jumpa melahap penat mentari yang takkan habis disapa masa. Maka kali ini mari kutunjukkan rinduku yang paling tangguh supaya kau tahu tak ada satu pun yang bisa mengubah rinduku padamu

*Coretan kolab bareng Mbak Imeylda, Jurusan PBSI UNEJ'14

0 komentar:

Posting Komentar

Ia menjauh dari rindu yang tak pernah pulang. Pergi, melepaskan

Popular Posts