Enter Header Image Headline Here

Jumat, 18 Maret 2016

Penantian Seorang Lelaki

Lelaki itu menatap langit penuh khidmat. Matanya menyipit saat sinar matahari menabrak wajah tirus lonjongnya. Sesaat kemudian ia berdiri dari kursi panjang di taman kota. Berjalan pelan menuju mobil yang terparkir di tempat parkir. Sosok lelaki yang tinggi tegap namun tubuhnya lumayan kurus. Kulitnya coklat matang seperti warna sawo. Raut muka yang serius, tipikal orang yang berfikir keras membuat lelaki itu terlihat lebih tua dari umur sebenarnya. Lengkap dengan kacamata yang terpakai, seperti bapak-bapak yang telah mempunyai anak.


Taman nampak sepi, sudah satu jam lebih lelaki itu duduk di kursi
taman. Menunggu seseorang yang telah berjanji akan bertemu di sini. Tapi nihil, yang ditunggu tak kunjung datang. Mungkin, jika bukan orang yang penting baginya, ia tak mau menunggu selama itu.


Lima langkah lagi ia sampai di depan pintu mobil, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia membalikkan badan ke arah belakang, menatap lamat-lamat ke arah kursi panjang di taman itu. Beberapa detik melesat cepat, perlahan kakinya melangkah. Memutuskan untuk kembali duduk di kursi taman. Kembali menunggu orang penting baginya, yang tak lain adalah calon ibu dari anak-anaknya. Jika tidak terhalang suatu hal, akad
itu akan terlaksana. Segera. 



***

Sedangkan di tempat yang lain, seorang perempuan duduk menunduk. Wajahnya tertutup hijab, namun di bagian bawah, hijab itu basah. Ya, gadis itu sedang menangis. Bukan tanpa sebab, pastinya ada hal yang membuatnya menitikan air mata. Bibirnya membisu, tak mampu berucap. Hanya hati yang bergumam lirih;
"Jangan menungguku, Mas. Aku tak akan pernah datang ke sana. Ada yang lebih pantas bersanding denganmu daripada aku. Ada banyak perempuan yang mengejarmu, aku mundur Mas. Aku banyak kekurangan, sedangkan kau banyak kelebihan. Aku tak pantas untukmu."

Masalah dua hati yang belum jelas perkaranya, membuat kedua insan itu merasa tersakiti. Duh, semoga masih bisa dipertahankan. Lelaki itu pun masih sabar menanti, berharap takdir cintanya bersatu dengan gadis yang sudah enam tahun namanya terapal dalam doa.


(Semoga benar-benar nyata)

0 komentar:

Posting Komentar

Ia menjauh dari rindu yang tak pernah pulang. Pergi, melepaskan

Popular Posts